kotabontang.net - Kekuatan alam menjadi inspirasi tersendiri bagi Nadine Chandrawinata. Tak heran, saat ditawari terlibat dalam film Erau Kota Raja yang menggabungkan alam dengan budaya, Nadine langsung setuju. Seperti apa serunya pengalaman Putri Indonesia 2005 itu?
Setelah terlibat dalam film Danau Hitam yang mengeksplor kekuatan alam dan petualangan, kini Nadine juga terlibat dalam proyek yang hampir serupa. ”Sejak kecil memang aku suka kegiatan itu. Kebetulan tawarannya sesuai dengan hobi aku, kenapa nggak?” ungkapnya di Jakarta, belum lama ini.
Perempuan berusia 30 tahun itu seperti tidak pernah puas berpetualang di alam bebas. ”Ini seperti panggilan jiwa, karena selama ini aku memang suka dengan alam,” ungkapnya.
Di film terbarunya itu, Nadine berlakon sebagai Kirana. Dia berprofesi sebagai jurnalis di sebuah majalah wisata. Berperan kali pertama sebagai jurnalis, Nadine mengaku kepincut.
”Karakter Kirana mirip aku. Kebetulan sedikit sama. Dan aku memang pingin film yang beda tapi benang merah sama petualangan. Saya nggak mau pake make up di film ini,” ujarnya lagi.
Film besutan sutradara Bambang Drias tersebut mengaku sangat bangga bisa terlibat dalam film itu. Salah satunya, karena dia bisa menyaksikan Festival Erau yang bersejarah.
Meski begitu, diakui Nadine, tidak mudah melakukan syuting yang sebagian besar dilakukan outdoor. ”Tantangan cuaca, karena pas syuting ujan. Dan lagi, saat syuting kita harus menyesuaikan dengan festival yang melibatkan 11 negara yang ikut Festival Erau,” jelasnya.
Maka itu, ketepatan dialog dan improvisasi wajib dilakukan pemain yang terlibat, terutama dirinya. Maklum saja, penggarapan film itu bersamaan dengan momen.
Sehingga, perempuan yang sempat mewakili Indonesia di ajang Miss Universe 2006 di Shrine Auditorium (Los Angeles, Amerika Serikat) dan meraih juara kedua untuk Budaya Nasional Terbaik dan Putri Persahabatan harus berkejaran dengan waktu. ”Kalau film-film sebelumnya kan kalau salah adegan kita bisa ulang, kalau ini kita harus menyesuaikan festival. Jadi harus bener-bener matang,” ceritanya.
Ditambah lagi, dia harus mampu memerankan jurnalis seutuhnya. ”Aku lebih banyak berakting di luar di banding dalam rumah. Saya benar-benar dikira sebagai jurnalis. Saya bisa nanya apa saja. Sampai ke tengah lapangan. Saya juga mendokumentasikan acara berlangsung,” paparnya antusias.
Menjadi wartawan menurutnya cukup mengasyikan. Apalagi, belakangan ini wanita berdarah Jerman itu juga banyak menulis aktivitasnya menyelam di salah satu majalah.
”Kehidupan asli saya running di majalah menyelam. Satu paket lah. Pada saat saya traveling saya memang banyak cari narasumber jadi nggak kaget,” paparnya.
-
Oleh : ACHMAD SUKARNO HAMID, Jakarta
Sumber : Indopos