kotabontang.net - Penderita diabetes pasti akrab dengan suntikan insulin. Dalam sehari, pasien bisa mendapat suntikan lebih dari sekali. Saat ini ada obat diabetes generasi terbaru yang bisa membebaskan pasien dari ketergantungan insulin. Yakni, SGLT2-Inhibitor.
”Obat ini menurunkan glukosa darah yang tidak bergantung pada insulin,” ujar Prof Askandar Tjokroprawiro SpPD-KEMD FINASIM Senin (25/22), menjelang Quadruple Joint Symposium Ke-57 di Hotel Shangri-La pada 28 Februari mendatang. Menurut dokter Pusat Diabetes dan Nutrisi Surabaya RSUD dr Soetomo-FK Unair itu, dalam tubuh manusia, penyerapan glukosa terjadi di usus halus dan ginjal. Nah, penyerapan di ginjal itulah yang akan dihambat.
Askandar mengatakan, hampir 90 persen penyerapan di ginjal dipengaruhi sodium glucose cotransporter (SGLT2). Penghambatan pada SGLT2 akan meningkatkan pengeluaran glukosa yang berpotensi menurunkan kadar gula darah. Artinya, obat tersebut mengeblok SGLT2 sehingga pasien mengeluarkan gula lewat kencing.
Askandar menyebut, SGLT2-Inhibitor itu adalah satu-satunya obat yang tidak melibatkan insulin. Apalagi saat ini penggunaan insulin dianggap belum memuaskan. Menurut dia, kini ada 17 macam obat SGLT2. Di antara jumlah itu, ada satu yang sudah terdaftar di Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat. Maklum, obat tersebut belum didatangkan ke Indonesia. ”Di Indonesia terbaru sekali. Obatnya akan masuk ke Surabaya setelah Agustus. Nanti bisa dipakai di sini,” ungkap Askandar.
Dia menambahkan, obat tersebut akan membuat pasien kencing gula. Karena itu, bisa jadi ada efek samping infeksi saluran kencing dan alat genital. Meski begitu, berdasar penggunaan di Amerika Serikat, jumlah kasus infeksi tidak lebih dari 5 persen. Artinya, 95 persen pasien lain tidak mengalami efek samping. ”Sudah diantisipasi. Di luar negeri sudah trial. Melalui penilaian yang ketat,” ujar Askandar.
Dia menuturkan, obat tersebut memiliki banyak manfaat. Di antaranya, menurunkan glukosa puasa. Selain itu, menurunkan glukosa darah sesudah makan, tekanan darah, lingkar pinggang, dan berat badan. Obat itu juga menjadi terapi selain diet dan olahraga untuk mengendalikan gula darah pasien diabetes melitus tipe 2.
Askandar menambahkan, penggunaan obat itu tetap harus diimbangi dengan pola hidup sehat. Misalnya, menghindari obesitas. Selain mengurangi gula, penderita harus membatasi makanan yang bisa mengakibatkan asam urat. Antara lain, jeroan, sarden, kerang, dan emping. Lalu, membatasi lemak. Termasuk, membatasi garam. Kemudian, berhenti merokok dan rutin berolahraga. ”Ini namanya obat murah,” ujar Askandar. (nir/c7/ayi)